Hindari Stroke dengan Menjalani Pola Hidup Sehat


Hindari Stroke dengan Menjalani Pola Hidup Sehat


Stroke merupakan penyebab kematian terbanyak setelah jantung dan kanker. Bahkan, menurut survei tahun 2004, stroke merupakan pembunuh nomor satu di rumah sakit pemerintah di seluruh penjuru Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa peningkatan jumlah penderita stroke di Indonesia identik dengan wabah kegemukan akibat pola makan kaya lemak atau kolesterol yang melanda di seluruh dunia. Menurut Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), terdapat kecenderungan meningkatnya jumlah penyandang stroke di Indonesia dalarn dasawarsa terakhir. Kecenderungan penyakit stroke mulai menyerang generasi muda yang masih produktif.

Diperkirakan ada 500 ribu penduduk Indonesia yang terkena stroke setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut, sepertiganya bisa pulih kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang, dan sepertiga sisanya mengalami gangguan fungsional berat yang mengharuskan penderita terus-menerus berbaring di kasur.

A. Teriadinya Stroke

Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika sebagian sel-sel otak mengalami kematian akibat gangguan aliran darah karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak. Aliran darah yang berhenti membuat suplai oksigen dan zat makanan ke otak juga berhenti, sehingga sebagian otak tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Penyakit stroke termasuk penyakit pembuluh darah otak (cerebrovaskuler) yang ditandai dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang disebabkan berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa disebabkan adanya sumbatan, penyempitan, atau pecahnya pembuluh darah sehingga mengakibatkan serangkaian reaksi biokimia yang dapat merusak atau mematikan sel-sel otak.

Matinya jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan otak tersebut. Apabila tidal( ditangani secara tepat, penyakit ini dapat berakibat fatal dan berujung pada kematian. Meskipun dapat diselamatkan, kadang-kadang si penderita mengalami kelumpuhan pada anggota badannya, menghilangnya sebagian ingatan, atau menghilangnya kemampuan berbicara. Bentuknya dapat berupa Iumpuh sebelah (hem iplegia), berkurangnya kekuatan sebelah anggota tubuh (hemiparesis), gangguan bicara, serta gangguan rasa (sensasi) di kulit wajah, lengan, atau tungkai.

B. Klasifikasi

Berdasarkan penyebabnya stroke dibagi menjadi dua jenis, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Berikut penjelasan kedua jenis stroke tersebut.

a. Stroke Iskemik
Stroke iskemik terjadi pada sel-sel otak yang mengalami kekurangan oksigen dan nutrisi yang disebabkan penyempitan atau penyumbatan pada pembuluh darah (arteriosklerosis). Arteriosklerosis terjadi akibat timbunan lemak pada arteri yang menyebabkan I uka pada dinding arteri. Luka in i akan men imbulkan gumpalan darah (trombus) yang mempersempit arteri. Gumpalan ini dapat juga terbawa aliran darah dan menyangkut di pembuluh darah yang lebih kecil dan menyebabkan penyumbatan.

Hampir sebagian besar pasien atau sebesar 83% pasien stroke mengalami stroke iskemik. Stroke iskemik menyebabkan aliran darah ke sebagian atau keseluruhan otak menjadi terhenti.

Berikut jenis-jenis stroke iskemik berdasarkan mekanisme penyebabnya.
1. Stroke trombotik merupakan jenis stroke yang disebabkan terbentuknya trom bus yang membuat penggumpalan.
2. Stroke embolik merupakan jenis stroke yang disebabkan tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.
3. Hipoperfusion sistemik merupakan jenis stroke yang disebabkan berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.

b. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik adalah stroke perdarahan yang terjadi akibat pecahnya pembuluh darah di otak.
Darah yang keluar dart pembuluh darah yang pecah mengenai dan merusak sel-sel otak di sekitarnya. Selain itu, sel otak juga mengalami kematian karena aliran darah yang membawa oksigen dan nutrisi terhenti.

Stroke jenis ini terjadi sekitar 20% dart seluruh pasien stroke. Namun, 80% dart orang yang terkena stroke hemoragik mengalami kematian dan hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi.

Menurut letaknya, stroke hemoragik dibagi menjadi dua jenis, sebagai berikut.
1. Hemoragik intraserebral, yakni perdarahan terjadi di dalam jaringan otak.
2. Hemoragik subaraknoid, yakni perdarahan terjadi di ruang subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak).

C. Gejala

Gejala awal stroke sering tidak diketahui oleh penderitanya. Stroke sering muncul secara tiba-tiba, serta berlangsung cepat dan langsung menyebabkan penderita tidak sadar diri (koma). Karena itu, sangat penting untuk mengenali gejala awal terjadinya stroke. Berikut beberapa gejala awal terjadinya stroke.
1. Nyeri kepala disertai penurunan kesadaran, bahkan bisa mengalami korna (perdarahan otak).
2. Kelemahan atau kelumpuhan pada lengan, tungkai, atau salah satu sisi tubuh.
3. Mendadak seluruh badan lemas dan terkulai tanpa hilang kesadaran (drop attack) atau disertai hilang kesadaran sejenak (sinkop).
4. Gangguan penglihatan (mata kabur) pada saw atau dua mata.
5. Gangguan keseimbangan berupa vertigo dan sempoyongan (ataksia).
6. Rasa baal pada wajah atau anggota badan satu sisi atau dua sisi.
7. Kelemahan atau kelumpuhan wajah atau anggota badan satu sisi atan dua sisi.
8. Kehilangan sebagian atau seluruh kemampuan bicara (afasia).
9. Gangguan daya ingat (amnesia).
10. Gangguan orientasi tempat, waktu, dan orang.
11. Gangguan menelan cairan atau makanan padat (disfagia).

Berdasarkan lokasinya di tubuh, gejala stroke terbagi menjadi tiga, sebagai berikut.
1 Bagian sistem saraf pusat, yaitu kelemahan
otot (hemiplegia), kaku, dan menurunnya fungsi sensorik.
2. Batang otak, yang terdapat 12 saraf kranial. Gejalanya yaitu lidah melemah; kemampuan membau, mengecap, mendengar, melihat secara parsial atau keseluruhan menjadi menurun; serta kemampuan refleks, ekspresi wajah, pernapasan, dan detak jantungmenjadi terganggu.
3. Cerebral cortex yaitu tidak bisa berbicara (afasia), kehilangan kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang bertujuan (apraksia), daya ingat menurun, kegagalan melaksanakan sebuah fungsi sebagian badan (heiniparese), dan kebingungan.

D. Penyebab atau Faktor Risiko

Terhambatnya aliran darah ke otak beberapa detik sajadapat menyebabkan seseorang pingsan. Apalagi penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak, bisa menyebabkan sel-sel saraf di otak menjadi rusak dan mengakibatkan kelumpuhan. Berbagai faktor bisa menyebabkan serangan stroke, seperti faktor keturunan, gaya hidup, dan komplikasi penyakit.

Orang-orang yang memiliki satu atau faktor risiko di bawah ini digolongkan ke dalam stroke prone person, yaitu orang yang memiliki kernungkinan lebih besar mengalami serangan stroke daripada orang normal suatu saat selama perjalanan h idupnya apabila tidak dikendalikan. Berikut penyebab atau faktor risiko yang menyebabkan seseorang mengalami serangan stroke.

a. Faktor yang Tidak Dapat Diubah

1. Keturunan
Para ahli kesehatan meyakini terdapat hubungan antara risiko stroke dengan faktor keturunan, walaupun secara tidak langsung. Pasien yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat stroke perlu mewaspadai faktor-faktor yang
dapat menyebabkan stroke, seperti hipertensi dan hiperkolesterol.
2. Jenis Kelamin
Menurut studi kasus yang sering ditemukan, laki-laki lebih berisiko terkena stroke tiga kali lipat dibandingkan dengan wanita. Laki-laki cenderung terkena stroke iskemik, sedangkan wanita cenderung terkena stroke hemoragik.
3. Umur
Mayor itas stroke menyerang orang berusia di atas 50 tahun. Namun, dengan pola makan dan jenis makanan yang ada sekarang ini, tidak menutup kemungkinan stroke bisa menyerang mereka yang berusia muda.
4. Ras
Rasa kulit hitam lebih berisiko terkena stroke dibandingkan dengan ras kulit putih. Hal ini disebabkan, dugaan dari angka kejadian hipertensi dan konsumsi garam yang tinggi pada ras kulit hitam.

b. Faktor yang Dapat Diubah

1. Hipertensi
Hipertensi dapat menyebabkan stroke iskemik maupun stroke hemoragik. Hipertensi menyebabkan terjadinya kerusakan pada sel-sel endotel pembuluh darah melalui mekanisme perusakan lipid di bawah otot polos. Karena itu, sangat penting untuk mempertahankan tekanan darah dalam keadaan normal untuk menurunkan risiko terjadinya serangan stroke.
2. Penyakit Jantung
Penyakit jantung koroner, jantung rematik, dan orang yang melakukan pemasangan katup jantung buatan akan men ingkatkan risiko stroke. Stroke emboli biasanya disebabkan kelainan ketiga penyakit jantung tersebut.
3. Diabetes Melitus
Penyakit diabetes dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah dan mempercepat terjadinya arteriosklerosis pada arteri kecil termasuk pembuluh darah otak. Selain itu, risiko terkena stroke menjadi 2,6 kali lebih besar pada pria dan 3,8 kali lebih besar pada wanita dibandingkan dengan orang yang tidak menderita diabetes. Jika seseorang sudah pernah terkena stroke, sebaiknya pertahankan kadar gula darah dalam kisaran normal untuk mencegah berulangnya stroke dan mencegah meluasnya kerusakan jaringan otak.
4. Obesitas (Kegemukan)
Kaftan antara obesitas atau kegemukan terhadap serangan stroke belurn diketahui secara pasti. Narnun, secara epidemiologis, orang yang mengalami obesitas cenderung menderita hipertensi, hiperkolesterol, dan diabetes
5. Hiperkolesterol
Kolesterol merupakan zat yang paling berperan dalam terbentuknya arteriosklerosis pada lapisan dalam pembuluh darah dan menyebabkan terjadinya penyumbatan pembuluh darah terutama pembuluh darah di otak. Jika penyumbatan telah menutupi seluruh rongga pembuluh darah, maka aliran darah pada jaringan otak terhenti dan terjadilah stroke.
6. Faktor Gaya Hidup
— Gaya Hidup yang Tidak Sehat
Gaya hidup tidak sehat seperti mengonsumsi makanan tinggi lemak dan tinggi kolesterol, kurang aktivitas fisik, dan kurang olahraga, meningkatkan risiko terkena penyakit stroke. Hal in i disebabkan, gaya hidup yang tidak sehat rentan terken a obesitas, diabetes, arter iosk I eros is, dan penyakit jantung. Penyakit tersebut sebagai salah satu pemicu terjadinya stroke.
— Merokok
Nikotin pada rokok menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, menurunkan kolesterol HDL, meningkatkan kolesterol LDL, dan mempercepat arteriosklerosis. Kebiasaan merokok merupakan faktor risiko yang potensial terhadap serangan stroke iskemik dan perdarahan akibat pecahnya pembuluh darah pada daerah posterior otak. Perokok berat mempunyai risiko terkena stroke dua kali lipat. Risiko terkena stroke akan berkurang jika telah berhenti merokok selama lima tahun dibandingkan dengan terus merokok.
— Stres
Stres dapat mengakibatkan hati memproduksi radikal bebas lebih banyak dan memengaruhi sistem imunitas tubuh secara umum sehingga mengganggu fungsi hormonal. Stres yang berujung pada depresi dapat menjadi salah satu faktor terjadinya stroke. Bagaimana depresi dapat meningkatkan stroke, sampai saat ini belum ada jawaban yang jelas. Mekanisme yang mungkin adalah stres dan depresi menyebabkan peningkatan tekanan darah yang berarti juga meningkatkan risiko stroke.
— Konsumsi Alkohol dan Obat-obatan Terlarang
Obat-obatan (misalnya kokain dan amfetam in) juga bisa mempersempit pembuluh darah di otak dan menyebabkan stroke.
— Mendengkur
Menurut penelitian, kebiasaan mendengkur dapat rneningkatkan tekanan darah dan memicu terjadinya stroke. Banyak mendengkur barangkali menjadi salah satu faktor stroke karena mendengkur dapat menurunkan jumlah oksigen yang mencapai otak.

E. Diagnosis Stroke
Diagnosis stroke dilakukan oleh dokter dengan menanyakan gejala-gejala yang dirasakan serta melakukan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis stroke.
Berikut pemeriksaan tambahan yang perlu dilakukan untuk mendiagnosis stroke.

Tes laboratorium darah untuk mendeteksi adanya masalah lain yang menghambat proses pemulihan, seperti penyakit ginjal, hati, diabetes, infeksi, atau idrasi.
2. EKG (Elektrokardiograrn) untuk mengetahui apakah jantung masih bekerja dengan balk.
3. Rontgen dada.
4. Scan otak (CT-scan atau MRI) untuk mengidentifikasi stroke dan menentukan penyebabnya, apakah disebabkan adanya penyumbatan pembuluh darah atau karena ada perdarahan di otak.

F. Pencegahan

Upaya untuk menghindari stroke dimulai dengan memperbaiki gaya hidup dan mengendalikan faktor risiko sehingga dapat mengurangi peluang terkena penyakit tersebut. Berikut upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya stroke.

a. Mengontrol Berat Badan dan Kolesterol pada Tubuh
Makanan yang banyak mengandung kolesterol dapat menyebabkan kolesterol menumpuk di dinding pembuluh darah sehingga terjadi arteriosklerosis yang mem icu stroke. Karena itu, kurangi mengonsumsi daging, makanan kecil (cam ilan), makanan berkalori tinggi, dan banyak mengandung lemak jenuh lainnya. Konsumsi lebih banyak sayuran, buah-buahan, padi-padian, ikan, dan makanan berserat lainnya.
b. Mengendadikan Faktor Risiko Penyakit seperti Tekanan Darah Tinggi, Diabetes, dan Kolesterol
Hipertensi dan penyakit jantung koroner merupakan faktor utam a terkena stroke . Penyakit diabetes juga meningkatkan risiko stroke 1,5-4 kali lipat, terutama jika gula darahnya tidak terkendali.
c. Diet Rendah Lemak dan Garam
Faktor risiko utama stroke adalah penyakit hipertensi dan hiperkolesterol. Karena itu, diet rendah lemak dan garam akan menurunkan risiko terkena penyakit stroke.
d. Berolahraga atau Aktivitas Fisik
Olahraga dapat membantu mengurangi bobot badan, mengendalikan kadar kolesterol, dan menurunkan tekanan darah yang merupakan faktor risiko stroke.
e. Berhenti Merokok
Nikotin dalam rokok menyebabkan elastisitas pembuluh darah berkurang sehingga meningkat-kan pengerasan pembuluh darah arteri dan pern-bekuan darah yang memicu penyakit jantung dan stroke. Perokok mempunyai peluang terkena stroke dan penyakit jantung koroner tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan bukan perokok. Perokok pasif yang hanya menghirup asap rokok tetapi tidak merokok juga berbahaya. Karena itu, hindari juga asap rokok dari lingkungan sekitar.
f. Berhenti Minum Minuman Beralkohol
Alkohol dapat menaikkan tekanan darah, memperlemah jantung, mengentalkan darah, dan menyebabkan kejang arteri. Makin banyak mengonsumsi alkohol akan semakin meningkatkan kemungkinan terkena stroke, terutama stroke hemoragik.
g. Berhenti Memakai Obat-obat Terlarang (Narkoba)
Pemakaian obat-obatan terlarang seperti heroin, kokain, dan amfetamin, meningkatkan risiko terkena stroke tujuh kali lebih besar dibandingkan dengan yang bukan pengguna narkoba.

Sumber: Solusi Sehat Mengatasi Stroke Oleh Redaksi AgroMedia