Penyakit Yang Disebabkan Oleh Gizi


Penyakit Yang Disebabkan Oleh Gizi


Seseorang berbadan gemuk, normal, ideal, maupun kurus dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain genetika, kondisi kerangka tubuh, dan kondisi makanan yang dikonsumsi setiap hari. Dengan mengenyaampingkan masalah genetika maupun kerangka tubuh seseorang, kondisi tubuh dapat berbeda-beda. Perbedaan ini dapat dikaitkan dengan berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh gizi makanan pada setiap orang. Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan nutrisi makanan dapat dibagi menjadi beberapa golongan. Tiga golongan yang sering dijumpai adalah sebagai berikut.

A. PENYAKIT GIZI SALAH (MALNUTRITION)

Penyakit gizi salah atau malnutrition disebabkan oleh kelebihan atau kekurangan nutrisi atau ketidakseimbangan komposisi makanan/minuman yang dikonsumsi.

Penyakit kelebihan kandungan nutrisi ini banyak terkait dengan kelebihan energi yang dikonsumsi seseorang melalui makanan ataupun minuman yang berbahan baku karbohidrat, lemak, dan protein. Kelebihan energi di dalam tubuh akan diubah menjadi jaringan lemak yang ditimbun pada tempat-tempat tertentu. Jaringan lemak ini merupakan jaringan yang relatif inaktif, tidak langsung berperan serta dalam kegiatan kerja tubuh.

Orang yang mempunyai kelebihan berat badan (obesitas) umumnya disebabkan oleh kelebihan jaringan lemak tersebut. Jaringan lemak yang berlebihan ini merupakan beban yang harus dipikul ke mana-mana sehingga akan meningkatkan beban kerja dari organ-organ yang berada dalam sistem metabolisme tubuh.

Pada penyakit obesitas, susunan makanan mungkin seimbang, tetapi kuantitas yang dikonsumsi secara keseluruhan melebihi kebutuhan tubuh. Sebaliknya pada penyakit kekurangan nutrisi makanan, jumlah yang dikonsumsi kurang mencukupi kebutuhan tubuh.

Penyakit kurang nutrisi yang banyak terdapat di Indonesia disebabkan oleh komposisi nutrisi tidak seimbang pada makanan yang dikonsumsi dan jumlah makanan yang tidak mencukupi kebutuhan. Gejala yang diderita terutama pada kasus terakhir ini ialah perasaan lapar sehingga keadaan ini juga disebut kurang nutrisi (undernutrition).

Adapun penyakit kurang nutrisi makanan banyak diderita oleh anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, terutama kelompok anak balita (bawah lima tahun). Penyakit kurang nutrisi adalah penyakit kurang kalori dan protein (KKP). Balita yang mengalami penyakit KKP juga disebut protein calorie malnutrition (PCM). Sementara penyakit KKP pada orang dewasa dapat menyebabkan busung air atau oedema sehingga penyakit ini sering disebut honger oedema (HO).






B. PENYAKIT METABOLISME BAWAAN (INBORN ERROR OF METABOLISM)

Proses metabolisme bahan makanan diatur oleh sistem enzim yang dihasilkan oleh tubuh. Enzim termasuk kelompok protein yang disintesis di dalam tubuh. Muara enzim di mulai dari rongga mulut hingga usus dua belas jari. Mekanisme sintesis protein diatur oleh salah satu gen yang terdapat dalam tubuh. Bila terjadi gangguan pada sistem sintesis protein ini, akan berakibat terdapatnya kelainan pada pertumbuhan enzim. Hal ini dapat mempengaruhi proses metabolisme pada bahan makanan tertentu sehingga terjadi penyimpangan metabolisme dan dapat berakibat pada proses perkembangan seseorang.

Penyakit metabolisme bawaan merupakan penyakit akibat kelainan metabolisme sejak lahir. Penyakit ini dapat dikelompokkan sebagai penyakit bawaan yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya secara genetika. Mereka yang metabolismenya cepat dapat diibaratkan sebagai mobil yang boros bahan bakar sehingga mudah sekali menghabiskan kalori. Sebaliknya, mereka yang mempunyai proses metabolisme lambat sangat hemat mengeluarkan kalori sehingga banyak sisa kalori yang disimpan dalam bentuk lemak.
Metabolisme lambat bisa disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kelenjar tiroid yang kurang aktif, kelainan hipogonadisme (keadaan yang terjadi akibat menurunnya aktivitas kelenjar kelamin), serta sindroma coshing (kelainan metabolisme yang disebabkan oleh aktivitas kelenjar adrenal kortikal yang hiperaktif).

Penyakit metabolime bawaan ini belum dapat disembuhkan secara terapi, baik menggunakan bahan kimia sintetik maupun kimia bahan alam karena menyangkut masalah genetika seseorang. Pada saat ini kondisi yang memiliki kelainan metabolisme dapat diubah dengan perubahan genetika seseorang dengan rnenggunakan teknik rekayasa genetika.


C. PENYARIT KERACUNAN MAKANAN (FOOD INTOXICATION)

Keracunan bahan makanan maupun bahan obat dapat terjadi bila sistem dalam tubuh tidak dapat menerima kehadiran suatu bahan asing yang masuk dalam tubuh dan tubuh tidak mampu memproduksi antitoksin untuk bahan tersebut. Keracunan makanan masih sering terjadi di Indonesia. Gejala keracunan itu akan timbul dengan cepat setelah seseorang mengonsumsi suatu makanan. Pada umumnya gejala-gejala terjadi pada saluran pencernaan seperti mulas, rasa sakit di perut, mual dan muntah, serta gatal-gatal dan bengkak.

Di samping itu, tidak tertutup kemungkinan terjadi gejala-gejala yang berhubungan dengan syaraf karena banyak racun makanan berpengaruh merangsang (kejang-kejang) atau melumpuhkan syaraf.

Racun yang terdapat di dalam makanan dapat berupa racun yang secara alamiah sudah terdapat di dalam bahan makanan tersebut diantaranya singkong, jengkol, dan jenis ikan laut. Di samping itu, racun dapat berasal dari berbagai proses pencemaran yang terjadi pada suatu produk makanan. Pencemaran itu dapat berasal dari bahan di luar makanan yang sering dipakai dalam rumah tangga atau pertanian antara lain racun tikus. Racun dapat pula berasal dari mikroba yang dapat menghasilkan bahan beracun seperti pada keracunan tempe bongkrek dan keracunan aflatoksin.